SIAPAKAH SURURI ?
Oleh
Syaikh DR Abu Anas Muhammad bin Musa Alu Nashr
Pertanyaan.
Kapan seseorang dianggap termasuk orang-orang yang keluar dari manhaj
Salaf, dengan arti bahwa dia bukan seorang Salafi? Benarkah jika kita
berkata : Si Fulan beraqidah Salafi, bermanhaj Ikhwani?
Jawaban
Siapapun tidak berhak, baik seorang alim atau thalibul ilmi (penuntut
ilmu) untuk memasukkan orang yang dikehendaki ke dalam Salafiyyah dan
mengeluarkan darinya. Karena Salafiyyah bukanlah perusahaan (PT) yang
memiliki saham, dan bukan organisasi gotong-royong, juga bukan hizb
(kelompok) yang mengusir dan memisahkan (orang yang tidak disukai).
Salafiyyah adalah Islam. Tidaklah seorangpun mampu untuk mengeluarkan
orang lain dari Islam. Seorang tidak akan keluar dari Islam kecuali
dengan kekafiran, atau dengan mengingkari perkara yang sudah diketahui
secara pasti dari agama. Seseorang tidak keluar dari Islam kecuali
dengan perkara-perkara yang menyebabkan kekafirannya sebagaimana
disebutkan oleh para ulama.
Tetapi jika adaorang yang salah, atau menyelisihi kebenaran di dalam
masalah-masalah dan kaedah-kaedah manhaj Salaf, kita (dapat) mengatakan :
Si Fulan menyelesihi manhaj Salafi, atau Si Fulan meyelisihi aqidah
(yang benar) atau Si Fulan menyelesihi apa yang ada pada Salaf.
Adapun jika ada orang yang ridha dengan aqidah Salaf, tetapi tidak
ridha dengan manhaj Salaf, maka ini tidak didapati di dalam manhaj
Salaf.
Salafi haruslah mengikuti Salaf dari ujung kepalanya sampai ujung
kakinya. Salafi haruslah mengambil seluruh agama. Dia harus ridha dengan
aqidah Salaf, ridha dengan manhaj Salaf, berakhlak dengan ahlak Salaf,
mengamalkan hukum-hukum Salaf, inilah Salafi. Karena Allah telah
berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
Hai oran-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam silm (Islam) keseluruhannya. [Al-Baqarah : 208]
Maka kita tidak mengenal seorang Salafi yang ridha atau mengakui
aqidah Salaf, tetapi dia mengambil manhaj-manhaj hizbiyyah (ta’ashub
kepada kelompok). Dia tidak memandang kecuali dari hizbiyyah. Tidak
mendekati kecuali kepada anggota-anggota hizb (kelompoknya), tidak
memberikan wala (kecintaan dan pembelaan) kecuali di dalam hizbnya,
tidak mencintai kecuali di dalam hizbnya. Membenci orang lain yang bukan
dari kelompoknya, walaupun orang itu termasuk orang yang paling shalih
dan paling benar serta paling mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan petunjuk para sahabatnya. Perbuatan menyesuaikan
seperti ini tidaklah dakui oleh manhaj Salafi.
Ketika kita menyebut manhaj Salafi, maka hal ini merupakan alamat
yang meiputi aqidah, perilaku dan muamalah, dan seluruh perkara yang
berhubungan denga Islam, hokum-hukumnya dan kaedah-kaedahnya.
Tetapi sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah sifat Allah semata, dan
sifat maksum (terjaga dari kesalahan) hanyalah bagi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita tidaklah mewajibkan seorang Salafi
itu bersih dari seluruh cacat, bersih dari seluruh ketergelinciran, dan
jauh dari seluruh kesalahan.
Tetapi ada perbedaan antara orang yang keliru karena salah memahami,
dengan orang yang mengambil manhaj yang memusuhi (menyelisihi) manhaj
Salaf, membelanya, mendakwahkannya, membenarkan wala karenanya dan
memusuhi karenanya. Wabillahit taufiq.
Pertanyaan.
Kita telah tahu bahwa dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang bersih dan
benar. Tetapi sangat disayangkan telah datang pencemaran nama dan
keburukan dari fihak lain. Seperti dari Sururiyyin (para pengikut
Surur). Maka bagaimanakah Sururiyah (pemahaman Surur) itu? Dan apakah
kaedah-kaedah dan prinsip-prinsip faham Sururiyah itu, agar kita dapat
mengetahui dan menghukuminya?
Jawaban
Sururiyah (pemahaman Surur) adalah Jamaah Hizbiyyah. Muncul pada
tahun-tahun terakhir ini. Tidak dikenal kecuali pada seperempat akhir
abad ini. Karena semenjak dahulu hingga sekarang, ia berselimut
Salafiyyah.
Pada hakekatnya, Sururiyah memiliki prinsip-prinsip Ikhwanul
Muslimin, bergerak secara sirriyah (sembunyi-sembunyi/rahasia).
Merupakan pergerakkan politik, takfir, mencela dan menyindir para ulama
Rabbaniyyin, seperti Imam-imam kita yang tiga: Bin Baaz, Al-Albani dan
Utsaimin. Menuduh mereka sebagai ulama haidh dan nifas. Setelah perang
Teluk II serangannya terhadap dakwah Salafiyyah secara terang-terangan,
bertambah keras baik secara aqidah dan pemberitaan. Sampai menuduh para
masyayikh dan ulama kita bahwa mereka tidak mengetahui waqi’ (situasi
dan kondisi/kenyataan), ilmunya dalam perkara nifas dan wanita-wanita
nifas. Mereka sesuai dengan ahli bid’ah zaman dahulu, yang mengatakan:
Fiqh (Imam) Malik, Auzai dan lainnya tidak melewati celana perempuan.
Alangkah besar dosanya. Kalimat yang keluar dari mulut mereka.
Orang yang tidak menghormati para ulama, dia adalah para penyeru
fitnah. Orang-orang yang merendahkan Al-Albani, Bin Baz dan Utsaimin di
zaman kita, maka dia tenggelam (di dalam kesesatan), pembuat fitnah, dia
berada di pinggir jurang yang dalam. Karena dia berkehendak memalingkan
wajah manusia kepadanya dan menghalangi manusia dari para ulama dan
imam mereka yang Rabbani.
Sehingga walaupun mereka mengaku beraqidah Salafiyyah, tetapi manhaj
mereka Ikhwani. Bahkan (mungkin) mereka lebih berbahaya dari Ikhwanul
Muslimin, karena mereka berbaju Salafiyyah.
Kita memohon kepada Allah Taala agar mereka diberi petunjuk menuju
jalan yang lurus, dan agar kelak mereka bersama dengan Salafiyyah yang
murni, yang para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para tabiin berada diatasnya. Wabillahi taufik
Tambahan Redaksi :
Sururiyah adalah nisbat kepada seseorang yang bernama Muhammad Surur bin
Nayif Zainal Abidin. Dia pernah menjadi guru di Arab Saudi dalam waktu
yang cukup lama, sehingga memungkinkan menjalankan rencananya dan
menyebarkan racunnya di tengah-tengah para pemuda. Tetapi setelah nampak
keburukan niatnya, dia pergi, lalu bermukim di kota London, Inggris,
sebuah negara kafir.
Di antara kesesatan dan penyimpangan Muhammad Surur ini adalah:
1. Merendahkan Kitab-Kitab Aqidah Salafiyyah Dan Berlebihan Dengan Fiqhul Waqi.
Dia berkata di dalam bukunya, Manhajul Ambiya fi Dakwah Ila Allah I/8:
“Aku memperhatikan kitab-kitab aqidah, maka aku lihat kitab-kitab itu
ditulis bukan pada zaman kita. Sehingga kitab-kitab itu sebagai solusi
berbagai permasalahan dan kemusykilan pada zaman ditulisnya kitab-kitab
tersebut. Sedangkan pada zaman kita terdapat berbagai kemusykilan yang
membutuhkan solusi yang baru. Kerena itulah model kitab-kitab aqidah itu
sangat kering, karena hanya berisi nash-nash dan hokum-hukum. Karena
inilah kebanyakan pemuda berpaling darinya dan tidak menyukainya”.
Perkataan orang ini tentulah sangat menyesatkan, karena kitab-kitab
aqidah yang berisi nash-nash dan hukum-hukum merupakan kebenaran hakiki.
Sedangkan berpaling darinya akan menjerumuskan kepada pendapat si Fulan
dan Fulan yang tidak jelas kebenarannya.
2. Beraqidah Takfir bil Mashiyah, Yaitu Mengkafirkan Kaum Muslimin Dengan Sebab Maksiat.
Dia mengkafirkan para penguasa zhalim, sehingga dia banyak mencela para penguasa dan menerjuni medan politik ala Barat!
Dia berkata di dalam majalahnya yang terbit di London, majalah
As-Sunnah no: 26, Jumadal Ula 1413H, hal: 2-3 [1] : Dizaman ini
perbudakan memiliki tingkatan-tingkatan yang berbentuk piramida:
Tingkatan Pertama:
Presiden Amerika Serikat, George Bush, duduk bersila di atas singgasananya, yang besok akan diganti Clinton.
Tingkatan Kedua:
Tingkatan penguasa negara-negara Arab. Mereka ini berkeyakinan bahwa
kebaikan dan bahaya mereka di tangan Bush [2]. Oleh karena inilah mereka
berhajji kepada (mengunjungi) nya, serta mempersembahkan nadzar-nadzar
dan kurban-kurban [3]
Tingkatan Ketiga:
Para pengiring penguasa negara-negara arab, dari kalangan menteri, wakil
menteri, komandan tentara, dan para penasehat. Mereka ini bersikap
nifaq kepada tuan-tuan mereka, menghias-hiasi segala kebatilan dengan
tanpa malu dan ahlaq.
Tingkatan Keempat, Kelima dan Keenam:
Para penjabat tinggi pada kementerian. Sesungguhnya perbudakan pada
zaman dahulu sederhana, karena seorang budak memiliki seorang tuan
secara langsung, tetapi sekarang perbudakan itu kompleks. Aku tidak
habis fikir, tentang orang yang membicarakan tauhid, tetapi mereka
adalah budak-budak, yang dimiliki oleh budak-budak, yang dimiliki oleh
budak-budak, yang dimiliki oleh budak-budak, yang dimiliki oleh
budak-budak. Tuan mereka yang akhir adalah seorang Nashrani [4].
Perkataan orang ini dengan jelas menunjukkan kesesatan dan kedustaan yang nyata!.
3. Juga Mengkafirkan Rakyat Karena Maksiat Yang Mereka Lakukan.
Dia berkata di dalam bukunya, Manhajul Ambiya Fi Dakwah ila Allah I/158:
Tidaklah aneh jika problem laki-laki mendatangi laki-laki (homo
seksual) merupakan permasalahan paling penting di dalam dakwah Nabi Luth
Alaihissallam. Kerena seandainya kaumnya menyambut dakwahnya untuk
beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, maka sambutan mereka
itu tidak ada maknanya, jika mereka tidak meninggalkan kebiasaan keji
yang telah mereka sepakati itu.
Itulah aqidah sesat Surur! Adapun aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah
terhadap pelaku dosa besar telah mansyur, yaitu tidak keluar dari iman,
tetapi imannya berkurang, dan dia dikhawatirkan terkena siksaaan Allah
Taala.
4. Memusuhi Dan Mencela Para Ulama Ahlus Sunnah As-Salafiyyin.
Dia berkata di majalahnya yang terbit di London, Majalah As-Sunnah no.
23, Dzulhijjah-1412 H hal. 29-30: Dan jenis manusia yang lain [5]
mengambil [6] dan mengikatkan sikap-sikap mereka dengan sikap para tuan
mereka [7]. Maka jika sang tuan minta bantuan Amerika [8], para budak
pun berlomba mengumpulkan dalil-dalil yang membolehkan perbuatan ini,
dan mengingkari orang-orang yang menyelisihi mereka. Jika sang tuan
berselisih dengan Iran Rafidhah, para budakpun membicarakan kebusukan
Rafidhah. Dan jika perselisihan berhenti, para budakpun diam dan
berhenti membagikan buku-buku yang diberikan kepada mereka. Jenis
manusia ini: mereka berdusta, memata-matai, menulis laporan-laporan, dan
melakukan segala sesuatu yang diminta oleh sang tuan kepada mereka.
Mereka ini jumlahnya sedikit -al-hamdulillah-, mereka adalah orang-orang
asing di dalam dakwah dan amal islami. Dokumen mereka telah terbongkar,
walaupun mereka memanjangkan jenggot, memendekkan pakaian, dan
menyangka sebagai penjaga sunnah. Adanya jenis manusia tersebut tidaklah
membahayakan dakwah Islam. Kemunafikan sudah ada sejak dahulu.
Alangkah sesatnya perkataan ini, karena memperolok-olok sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat membawa kepada kekafiran! Membenci
ulama Ahlus Sunnah adalah ciri utama Ahli Bidah!
Dan kesesatan-kesesatan lainnya.
Lihat:
1. Fitnah Takfir Wal Hakimiyah, hal: 93, Karya: Muhammad bin Abdullah Al-Husain.
2. Al-Ajwibah Al-Mufidah An As-ilah Al-Manhaji Al-Jiddah, Bagian Pertama hal. 45-48
3. Nazharat Fi Kitab Manhajul ambiya Fi Dakwah ila Allah, karya : Syaikh Ahmad Sallam.
4. Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Farifuuha, karya: Abu Ibrahim Ibnu Sulthan Al-Adnani
5. Al-Irhab, Karya: Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Makhdali.
6. Dan lain-lain.
Peringatan:
Sebagian orang menuduh kami (redaksi dan ustad-ustad Salaf lainnya
,-pen) sebagai sururi, yakni mengikuti pemahaman sesat Muhammad bin
Surur, kemudian mereka memperingatkan kaum muslimin agar menjauhi kami.
Padahal sifat-sifat sururi tidak ada pada kami. Bahkan sifat-sifat itu banyak melekat pada orang-orang yang telah menuduh.
Maka disini kami nasehatkan dengan beberapa ayat dan hadits tentang
bahaya menyakiti kaum muslimin, dan memfitnah mereka dengan perkara yang
tidak ada pada mereka. Semoga Allah Taala memberikan petunjuk-Nya
kepada mereka sehingga segera kembali ke jalan yang benar. Ingatlah
bahwa seluruh perkataan pasti akan dicatat dan tidak akan dilupakan!
Allah Taala berfirman:
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ
قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu
usapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir [Qaf : 17-18]
Ingatlah bahwa seluruh perkataan pasti dimintai pertanggung-jawaban!
Allah Taala berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. [Al-Israa : 36]
Ketahuilah bahwa menyakiti orang-orang mumin dan muminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, merupakan kebohongan dan dosa yang nyata!
Allah Taala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mumin dan muminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata. [Al-Ahzab :58]
Ketahuilah bahwa satu kalimat saja dapat menyebabkan seseorang
terjerumus ke dalam neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan
barat!.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنْ الْعَبْدِ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهِا
يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِ قِ
وَالْمَغْرِبِ
Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dia
fikirkan (baik atau buruknya) pada kalimat itu. Kalimat itu menyebabkan
dia terjerumus ke dalam neraka lebih jauh dari timur dan barat. [HR.
Bukhari, Muslim, dari Abu Hurairah].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan bahaya tuduhan yang tidak benar dengan sabdanya:
لاَيَرْمِي رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوقِ وَلاَ يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ
إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ كَذَلِك
Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan, dan tidaklah
dia menuduh orang lain dengan kekafiran, kecuali tuduhan itu kembali
kepadanya jika yang dituduh tidak seperti itu. [HR. Bukhari dari Abu
Dzar].
Beliau juga memberitakan ancaman bagi orang yang membuat fitnah atas seorang mukmin dengan sabdanya:
وَمَنْ قَالَ فِي مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ
Barangsiapa berbicara tentang seorang mukmin apa yang tidak ada
padanya, niscaya Allah tempatkan dia di dalam lumpur racun penghuni
neraka sampai dia keluar dari apa yang telah dia ucapkan, dan dia
tidaklah akan keluar! [HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Baihaqi, dari Ibnu
Umar, di shahihkan Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi di dalam Ruyah
Waqiiyyah hal: 84]
Hendaklah saudara-saudaraku mengetahui, kalau hanya sekedar tuduhan,
maka dengan sangat mudah setiap orang akan dapat melakukannya.
Tetapi hal itu bukanlah manhaj Salaf. Karena manhaj mereka adalah
mengawasi apa saja yang muncul dari lisan, atau apa yang digerakkan oleh
lisan, dan menegakkan hujjah terhadap setiap kalimat yang dibicarakan
oleh bibir. Adapun melepaskan tuduhan-tuduhan, melepaskan
istilah-istilah kasar, menyelinapkan prasangka-prasangka rusak,
memunculkan gelar-gelar keji, semua itu merupakan kebatilan dan
perkataan yang dusta.
Sesungguhnya Allah Taala mengetahui seluruh isi hati hamba-Nya
terakhir, ingatlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدَّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan segala yang
telah dia dengar. [HR. Muslim di dalam Muqaddimah dari Hafsh bin Ashim]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun VI/1423H/2002.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Tidak ada hubungan sama sekali dengan majalah As-Sunnah kita ini
[2]. Bagaimana dia bisa memastikan aqidah mereka seperti itu? Apakah dia
telah membedah dada mereka? Atau mereka memberitahukan kepadanya? Maha
suci Engkau wahai Allah, sesungguhnya hal ini merupakan kedustaan yang
besar!-red
[3]. Perkataan ini merupakan pengkafiran secara nyata kepada Penguasa yang zhalim! -red
[4]. Alangkah keji dan lancangnya perkataan yang ditujukan kepada para ulama yang dimuliakan oleh Allah Taala ,-red
[5]. Yang dimaksudkan adalah para ulama Arab Saudi ,-red
[6]. Yakni mengambil bantuan resmi
[7]. Yang dimaksud dengan tuan mereka disini adalah para penguasa Arab Saudi
[8]. Dia membicarakan masalah permintaan tolong kepada Amerika pada waktu perang teluk-red
Source: https://almanhaj.or.id/968-siapakah-sururi.html